Gempa 27 Mei 2006 (Jogjakarta-Bantul)

Posted: July 16, 2011 in Edukasi Dan Pendidikan

Bantul, Yogyakarta. Pada 27 Mei 2006, sabtu pagi pukul  5.53 WIB terjadi gempa bumi yang mengguncang daerah Bantul dan sekitarnya dengan kekuatan 6.2 skala ritcher, selama 57 detik. Kurang dari semenit, namun dampaknya sangat dahsyat. Tercatat, tidak kurang korban tewas 6.234 orang. Sementara itu, korban luka-luka dari 36.300 orang, 154.000 rumah hancur total dan 260.000 rumah mengalami kerusakan (Sumber Departemen Sosial). Jumlah total kerusakan dan kerugian karena gempa ini diperkirakan senilai US$ 3,1 miliar (CGI,2006). Hal ini membuat gempa Yogyakarta berada di urutan keempat dari bencana alam yang paling merugikan di negara sedang berkembang dalam 10 tahun terakhir ini.

Berdasarkan pemantauan dari empat stasiun seismograf di Gunung Merapi oleh Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dan laporan dari Global Seismic Network milik Amerika Serikat, gempa tektonik ini tepat terjadi pada pukul 05.53.58, persisnya di koordinat 8,007 Lintang Selatan dan 110,286 Bujur Timur dengan kemiringan 87 dan pergeseran 3, pada garis lurus pada kedalaman 33 kilometer di bawah permukaan tanah, yang berjarak kurang dari 35 km dari Yogyakarta persis di bibir pantai. Sedangkan menurut United States Geological Survey (USGS), lembaga survei yang memiliki peralatan serba canggih, menyatakan pusat gempa terjadi di daratan di kedalaman 35 km dan berkekuatan 6,2 Mw (moment magnitude). Rambatan gempa gempa berasal dari pergeseran patahan berupa gerakan berlawanan dari sekitar Pantai Depok, membujur ke arah timur laut melewati Gading Kauman, Tirtoharjo, Kaliwening, Ngambangan, Cangkiring, hingga Gondowulung di Plered, Bantul. (Sumber: Kapanlagi.com)

Magnitudo Gempa diukur dan diskalakan dengan berbagai cara, antara lain skala Mercalli dan Ritcher. Berdasarkan besarnya magnitudonya, Gempa Bantul termasuk gempa merusak dengan skala kerusakan 7 Mmi (modified mercally intensity). Kerusakan mutlak apabila skala mencapai angka absolut 12 Mmi. Dalam skala Ritcher magnitude 6.2 SR masuk tingkatan gempa bumi yang moderat, sedangkan gempa besar tingkatannya mulai 6,3 SR ke atas.

 

GEMPA BUMI

Gempa, untuk lebih memahami fenomena gempa yang terjadi di Bantul maka perlu dipahami bahwa, gempa bumi adalah pelepasan energi secara tiba-tiba, berupa getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.

Berdasarkan penyebabnya, gempa bumi diklasifikasikan menjadi dua. Yaitu gempa bumi vulkanik, dan tektonik.

  1. Gempa bumi vulkanik (Gunung Api) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
  2. Gempa bumi tektonik; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.

Berdasarkan jenisnya, Gempa yang terjadi di Bantul merupakan gempa bumi tektonik yaitu gempa yang disebabkan karena pergerakan lempeng tektonik. Merujuk pada pergerakan lempeng, berarti gempa pada Mei 2006 di Bantul, yang merupakan bagian dari pulau Jawa bukan merupakan yang pertama. Secara historis, pulau Jawa sering mengalami gempa bumi yang kekuatannya diatas 6 Skala ritcher. Dari data historis kegempaan Pulau Jawa, Yogyakarta, telah diguncang sedikitnya empat gempa berkisar 6 skala Richter, yaitu pada tahun 1867, 1937, 1943, dan 1981. Lempeng  tektonik,  yang berada di Indonesia ada 3 yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik.

Gambar  Lempeng Tektonik DiDunia

Berdasarkan peta lempeng diatas, dapat dilihat bahwa Pulau Jawa (Bantul) terletak di atas Lempeng Pasifik Dan Australia yang selalu berdesakan sedemikian rupa yang menjadi episentrum (Pusat Gempa) dari gempa Bumi. Gambar berikut menunjukkan sebaran episentrum didunia berdasarkan peta lempeng.

Gambar  Sebaran Episentrum Gempa Dimuka bumi

Peta penyebaran episentrum mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Untuk lebih mudah melihat tumpang tindih/ penunjaman lempeng yang  ada di Lempeng Pasifik Dan Australia, dapat dilihat pada gambar berikut. Bagian-bagian lempeng benua adalah :

1. Oceanic crust;

2.Lithosphere;

3-Astenosphere;

4.Continental crust;

5.Volcanic arc;

6.Trench.

 

 

 

 

 

Gambar Bagian-Bagian Lempeng benua

Melihat lokasi Episentrum yang berdasarkan pengukuran, yaitu di kedalaman 33 KM, yang berjarak kurang dari 35 km dari Yogyakarta persis di bibir pantai, menunjukkan bahwa gempa utama pada 27 Mei 2006 Disebabkan oleh pergerakan lempeng ini. Namun begitu, ada beberapa teori lain yang menyebabkan gempa Bantul, termasuk gempa-gempa minor yang sering terjadi di Bantul dan sekitarnya.

Pergerakan lempeng yang saling sunjam, atau tabrakan  atau saling menjauh. Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempeng. Proses pertemuan lempeng satu sama lain ada tiga, yaitu :

  1. Transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
  2. Divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen.
  3. Konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).

Berikut gambar proses pertemuan lempeng Transform, Divergen, Dan Konvergen.

Gambar Model Pertemuan Lempeng Tektonik

Patahan/ sesar berdasarkan arah bidang gelincirnya dibedakan menjadi 4, yaitu Normal fault, Reverse Fault, Thrust Fault, dan Strike Slip Fault (Lateral Fault),. Untuk memudahkan memahaminya, diilustrasikan gambar berikut.

Gambar Pembagian Jenis Patahan

Kasus diJogjakarta dan sekitarnya, ada beberapa sesar yang berperan dalam meningkatkan daya rusak gempa yang terjadi, namun yang paling dominan adalah sesar Opak. Disekitar opak ada beberapa sesar, yang juga turut meningkatkan daya rusak gempa, yang mungkin berhubungan langsung dengan sesar Opak, atau sebagai efek tidak langsung karena menerima energi dari Sesar Opak. Ada beberapa isu tentang proses tektonik sesar Opak yang menjadi penyebab terjadinya gempa di Jogjakarta dan sekitarnya. Patahan Opak merupakan ini adalah patahan yang paling menyolok karena morfologi serta topografi yang membatasi Perbukitan Karst Wonosari dengan Yogyakarta yang berada pada daerah dataran rendah. Walaupun tidak dijumpai bidang patahannya, namun Sesar Opak yang di perkirakan menjadi penyebab terjadinya gempa tersebut.

Gambar Patahan / Sesar Opak

Selain sesar Opak, ada sesar lain yang ditengarai menyebabkan efek gempa hingga sampai didaerah timur Yogyakarta, yaitu sesar Dengkeng, Sesar Dengkeng berada di sebelah utara dari perbukitan Wonosari yang memiliki arah Barat-Timur.

Sesar Opak merupakan, sesar yang paling dipersalahkan pada gempa Mei 2006, Karena bukti yang mengarah pada sesar tersebut cukup kuat. Misalnya, dalam jurnal ilmiah “Jurnal Geologi Indonesia”, Vol. 4 No.4 Desember 2009: 275-284 Hasanuddin Z. Abidin, H. Andreas, I. Meilano1, M. Gamal, I. Gumilar,dan C.I. Abdullah menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil survei GPS pada tahun 1998, 2006, dan 2008 didapatkan keterangan bahwa besarnya deformasi koseismik gempa Yogyakarta 2006 berkisar antara 10 – 15 cm atau lebih kecil, baik dalam komponen horizontal maupun vertikal; dan deformasi pascaseismiknya dalam arah horizontal adalah sekitar 0,3 sampai 9,1 cm

Dengan menggunakan model dislokasi Okada dan berdasarkan vektor pergeseran deformasi koseismik serta kedalaman gempa-gempa susulan, proses estimasi menyimpulkan bahwa sesar penyebab gempa Yogyakarta 2006 adalah sesar sinistral / sesar yang meliuk kekiri (left-lateral) dengan sudut strike sekitar 480 dan sudut kemiringan (dip angle) sekitar 890. Sesar penyebab gempa Yogyakarta 2006 yang diestimasi dari hasil survei GPS ini, berlokasi sekitar 5 – 10 km di sebelah timur lokasi Sesar Opak yang biasa digambarkan sepanjang Sungai Opak.

Gambar  Ilustrasi Sesar Opak yang meliuk kearah kiri

Dari ilustrasi diatas, dapat di bandingkan dengan sebaran lokasi kerusakan akibat gempa yang terjadi.

Berdasarkan Data kedalaman episenter yang diperkirakan berada pada kedalaman 10 Km ini berada sekitar 10 Km disebelah timur Sesar Opak. Apabila menggunakan geometri sederhana, maka bidang patahan Opak yang memiliki komponen naik ini memiliki kemiringan sebesar 45 derajat. Peta kerusakan yang dibuat oleh Unosat memperlihatkan bahwa daerah yang paling banyak mengalami gempa adalah disekitar Patahan Opak. Sedangkan lokasi yang tepat berada diatasnya tidak banyak mengalami kerusakan. Ini bisa saja disebabkan oleh percepatan tanah, atau daya getar batuan yang berbeda antara perbukitan Wonosari, dengan endapan Merapi Muda.

Dengan mengetahui arah dan besaran patahan Opak, diharapkan dapat dipelajari dampaknya terhadap kerusakan yang telah terjadi, dan selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi dalam menejemen Yogyakarta dalam konteks Administrasi, atau dalam perencanaan dan manajemen Basin atau DAS, terutama dalam perencanaan tata ruang dan manajemen Bencana.

————————————————————–

Dikumpulkan Dari Berbagai Sumber

Mohon Maaf Bila Sumber Lupa Dicantumkan,

Hanya Untuk Kepentingan Informasi

Summarized By Gepenx 2011

 

 

Comments
  1. fajarsetiawan says:

    nice…

  2. putra says:

    bisa minta peta wilayah dampak gempa nya?tks

Leave a comment